Indonesia merupakan negara dengan tingkat kecelakaan lalu lintas yang cukup tinggi. Data dari Kementerian Perhubungan menunjukkan bahwa pada tahun 2020, terjadi sekitar 101.261 kecelakaan lalu lintas dengan jumlah korban meninggal sebanyak 22.365 orang.
Faktor manusia, seperti kelalaian dan kesalahan pengemudi, merupakan penyebab utama dari kecelakaan tersebut. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan tes psikologi sebagai salah satu upaya dalam melakukan penyaringan dalam mendapatkan SIM.
Faktor manusia, terutama kesalahan pengemudi, menjadi penyebab utama kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Kesalahan pengemudi seperti tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, mengemudi dalam keadaan mabuk atau terlalu lelah, serta kurangnya konsentrasi saat mengemudi, dapat meningkatkan risiko kecelakaan. Dalam hal ini, tes psikologi dapat membantu melakukan penyaringan dalam mendapatkan SIM, sehingga orang-orang yang memiliki masalah psikologis atau keterbatasan fisik yang mempengaruhi kemampuan mengemudi dapat diidentifikasi dan tidak diberi SIM.
Tes psikologi yang dilakukan dalam proses mendapatkan SIM, seperti tes kesehatan mental dan psikologi, dapat membantu mengidentifikasi masalah yang mungkin dimiliki calon pengemudi dalam mengemudikan kendaraan. Masalah psikologis seperti kecemasan, depresi, dan gangguan tidur dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mengemudikan kendaraan dengan aman. Dalam hal ini, tes psikologi dapat membantu untuk mengetahui kondisi psikologis seseorang dan memberikan rekomendasi atau saran untuk mengatasi masalah yang mungkin ada.
Selain itu, tes psikologi juga dapat membantu menilai kemampuan fisik seseorang dalam mengemudikan kendaraan. Kemampuan fisik seperti penglihatan, pendengaran, dan keseimbangan sangat penting dalam mengemudikan kendaraan dengan aman. Tes psikologi dapat membantu menilai kemampuan fisik seseorang dan memberikan rekomendasi atau saran untuk mengatasi masalah yang mungkin ada. Hal ini dapat membantu meminimalisir risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh faktor fisik.
Dalam kesimpulannya, tes psikologi sangat penting untuk dilakukan dalam proses mendapatkan SIM. Tes ini dapat membantu melakukan penyaringan untuk mengidentifikasi masalah psikologis dan keterbatasan fisik yang mempengaruhi kemampuan mengemudi seseorang. Dengan melakukan tes psikologi, orang-orang yang memiliki masalah psikologis atau keterbatasan fisik yang mempengaruhi kemampuan mengemudi dapat diidentifikasi dan tidak diberi SIM. Hal ini dapat membantu menurunkan risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas di Indonesia dan meningkatkan keselamatan di jalan raya.